Tahun depan, ada empat langkah yang
akan dilakukan pemerintah terkait arah kebijakan fiskal 2014 dari hasil
pembahasan pendahuluan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN) 2014.
Tema arah kebijakan fiskal pada 2014 Memperkuat Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif, Berkualitas dan Berkelanjutan Melalui Pelaksanaan Kebijakan Fiskal Yang Sehat dan Efektif. Ada empat langkah utama yang akan dilakukan pemerintah sehubungan dengan arah kebijakan itu. Salah satu langkah itu memberikan insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi strategis.
Tema arah kebijakan fiskal pada 2014 Memperkuat Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif, Berkualitas dan Berkelanjutan Melalui Pelaksanaan Kebijakan Fiskal Yang Sehat dan Efektif. Ada empat langkah utama yang akan dilakukan pemerintah sehubungan dengan arah kebijakan itu. Salah satu langkah itu memberikan insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi strategis.
Pengertian, Jenis, Tujuan dan
Instrumen Kebijakan Moneter| Banyak
dari para ahli yang telah mendefinisikan pengertian kebijakan moneter.
Sedangkan Pengertian Kebijakan Moneter Secara Umum
adalah langkah-langkah yang diambil penguasa moneter (Bank Sentral atau Bank
Indonesia) untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya beli uang.
Kebijakan berasal dari kata bijak, ditambah dengan imbuhan ke-an. Kebijakan
artinya kepandaian atau kemahiran. Moneter artinya keuangan atau mengenai
keuangan. Jadi, menurut artinya katanya kebijakan moneter adalah kepandaian
mengenai keuangan.
Caranya dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, rasio cadangan minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan moral suasion. Melalui instrumen-instrumen tersebut akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar. Perubahan jumlah uang ini pada akhirnya akan memengaruhi kestabilan moneter agar lebih kondusif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Keberhasilan kebijakan moneter biasanya diukur dari peningkatan kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan kestabilan tingkat harga. 1. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dibagi atas dua macam atau jenis. Jenis-Jenis kebijakan moneter adalah sebagai berikut....
Caranya dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, rasio cadangan minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan moral suasion. Melalui instrumen-instrumen tersebut akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar. Perubahan jumlah uang ini pada akhirnya akan memengaruhi kestabilan moneter agar lebih kondusif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Keberhasilan kebijakan moneter biasanya diukur dari peningkatan kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan kestabilan tingkat harga. 1. Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dibagi atas dua macam atau jenis. Jenis-Jenis kebijakan moneter adalah sebagai berikut....
- Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary expansive policy) : Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan moneter ekspansif juga disebut dengan kebijakan moneter longgar (easy money policy).
- Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy) : Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
2. Tujuan Kebijakan Moneter
Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi yang ditandai dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya kesempatan kerja. Jika dirinci tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut..
Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi yang ditandai dengan gairah dunia usaha dan meningkatnya kesempatan kerja. Jika dirinci tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut..
- Menjaga Stabilitas Ekonomi : Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan perekonomian yang berjalan sesuai dengan harapan, terkendali, dan berkesinambungan. Artinya, pertumbuhan arus uang yang beredar seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
- Menjaga Stabilitas Harga : Kebijakan moneter selalu dihubungkan dengan jumlah uang beredar dan jumlah barang dan jasa. Interaksi jumlah uang beredar dengan jumlah barang dan jasa akan menghasilkan harga. Ada kalanya harga naik atau turun tidak beraturan, sehingga perubahan harga dapat memengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Apabila harga cenderung naik terus-menerus, orang akan membelanjakan semua uangnya yang mengakibatkan terjadinya gejala ekonomi yang disebut inflasi.
- Meningkatkan Kesempatan Kerja : Jika jumlah uang beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa, maka perekonomian akan stabil. Pada keadaan ekonomi stabil, pengusaha akan mengadakan investasi. Investasi akan memungkinkan adanya lapangan pekerjaan baru. Adanya lapangan pekerjaan baru atau perluasan usaha berarti meningkatkan kesempatan kerja.
- Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran : Kebijakan moneter dapat memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Jika negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing, harga-harga barang ekspor akan menjadi lebih murah, sehingga memperkuat daya saing dan meningkatkan jumlah ekspor. Peningkatan jumlah ekspor akan memperbaiki neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
3. Instrumen Kebijakan Moneter
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut...
Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, bank sentra menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter seperti berikut...
- Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) : Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.
- Kebijakan Diskonto (Discount Policy): Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.
- Kebijakan Cadangan Kas : Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas (cas ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah yang tidak boleh dipinjamkan.
- Kebijakan Kredit Ketat : Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital, dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.
- Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan ataupun melepaskan pinjaman.
Dari ulasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kebijakan pemerintah itu ada dua yaitu : kebijakan fiskal dan moneter. Nah tentuny di negara Taiwan juga memiliki kebijakan pemerintahan , setelah saya cari dalam berbagai sumber dapat saya simpulkan bahwa Negara Taiwan menganut Kebijakan Satu Cina atau biasa disebut dengan one china policy.
eiith , jangan langsung ambil kesimpulan ya , bukan berati Taiwan merupakan bagian dari China ya ,,ini hanya kebijakannya saja yang sama .. Untuk lebih jelasnya,
ONE CHINA POLICY ( KEBIJAKAN SATU CHINA )
Menyusul pembicaraan antara Presiden
Nixon dan Ketua Mao Tse-tung pada tahun 1972, AS mendukung kebijakan satu Cina
dalam komunike Shanghai, yang diterbitkan bersama-sama dengan Republik Rakyat.
Komunike yang menyatakan bahwa "semua orang Tionghoa di kedua sisi Selat
Taiwan mempertahankan ada satu Cina dan Taiwan adalah bagian dari China.
Amerika Serikat tidak menantang posisi itu." Sementara dukungan AS tidak
menentukan pemerintah itu sah, Presiden Carter secara resmi diakui Beijing
sebagai pemerintah tunggal Cina pada tahun 1978 dan ditutup kedutaannya di
Taiwan tahun depan. Sementara AS secara resmi menganut kebijakan satu-Cina,
praktek facto kebijakan de dua-Cina.
One China Policy atau Kebijakan Stu China merupakan kebijakan yang mengacu pada kebijakan atau melihat bahwa hanya ada satu negara yang disebut
"Cina", meskipun keberadaan kedua pemerintah klaim bahwa untuk
menjadi "Cina". Sebagai kebijakan, ini berarti bahwa negara-negara
mencari hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC) harus memutuskan
hubungan resmi dengan Republik Cina (ROC) dan sebaliknya. Oleh karena itu,
semua negara mengakui ROC mengenalinya sebagai satu-satunya wakil sah dari
seluruh Cina dan bukan hanya pulau Taiwan dan pulau-pulau lain yang mengontrol.Demikian pula, semua negara yang mengakui RRC baik mengakui RRC sebagai
wakil sah dari Taiwan atau mengakui pandangan RRC tentang masalah tersebut.Satu kebijakan China juga berbeda dari "Satu China" prinsip (pinyin: Yige Zhongguo yuánzé), yang merupakan prinsip yang
menegaskan kedua Taiwan dan China daratan adalah bagian tak terpisahkan dari
single "China" .
Nah dapat disimpulkan bahwa Wilayah dan kedaulatan Cina belum dibagi, dan kedua sisi Selat tidak dua negara. Pihak berwenang Taiwan mendukung posisi mereka di "dua China," termasuk "dua negara" teori yang diusulkan oleh Lee Teng-hui, dengan argumentasi sebagai berikut: Sejak tahun 1949, wilayah di kedua sisi Selat telah dibagi dan diatur secara terpisah, dengan tidak ada pihak yang memiliki yurisdiksi atas yang lain; Pemerintah RRC tidak pernah menguasai Taiwan; dan sejak tahun 1991 Taiwan telah menyaksikan bentuk pemerintahan yang tidak ada hubungannya dengan yang dari daratan Cina. Argumen ini benar-benar tidak bisa dipertahankan, dan tidak pernah dapat mengarah pada kesimpulan bahwa Taiwan dapat menyatakan dirinya negara di bawah nama "Republik Cina," atau bahwa kedua sisi Selat telah dibagi menjadi dua negara. Pertama, kedaulatan negara tidak dapat dipisahkan. Wilayah adalah ruang di mana negara memiliki kedaulatan. Di wilayah suatu negara hanya ada kedaulatan pemerintah berolahraga pusat atas nama negara. Seperti yang telah kita mengatakan, Taiwan merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah Cina dan, setelah mengganti pemerintah Republik Cina pada tahun 1949, pemerintah RRC telah menjadi pemerintahan resmi China, menikmati dan berolahraga kedaulatan atas seluruh China, termasuk Taiwan.
Meskipun kedua sisi Selat belum bersatu, status Taiwan sebagai bagian dari wilayah Cina tidak pernah berubah, tidak, oleh karena itu, telah kedaulatan China atas Taiwan pernah berubah. Kedua, masyarakat internasional mengakui bahwa hanya ada satu China, bahwa Taiwan adalah bagian dari China, dan bahwa pemerintah RRC adalah pemerintah yang sah satu-satunya China. Ketiga, alasan bahwa pertanyaan Taiwan belum diselesaikan untuk suatu jangka waktu yang panjang terutama karena intervensi pasukan asing dan obstruksi pasukan separatis di Taiwan.
Seperti "Satu Taiwan, Satu China" kebijakan tidak akan mengubah pengakuan internasional dari pemerintah di Beijing sebagai penguasa Cina daratan, tetapi harus secara khusus mematuhi ketentuan Perjanjian Perdamaian San Francisco tahun 1952, di mana para anggota PBB memutuskan bahwa "... status masa depan Taiwan akan ditentukan sesuai dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB".
Dalam
situasi konfrontasi antara dua kubu Timur dan Barat setelah berakhirnya Perang
Dunia II, dengan bertolak dari pertimbangan apa yang disebut strategi global
dan pemeliharaan kepentingan negaranya, pemerintah Amerika pernah dengan sekuat
tenaga menyediakan senjata, uang dan tenaga manusia untuk mendukung klik
Kuomintang melancarkan perang saudara dalam rangka upaya untuk memberantas
Partai Komunis Tiongkok. Namun pemerintah Amerika akhirnya gagal mencapai
tujuan yang diharapkan.
Setelah berdirinya RRT, pemerintah Amerika mengambil kebijakan mengisolasi dan
membendung Tiongkok Baru, dan setelah meletusnya Perang Korea melancarkan
interfensi bersenjata terhadap hubungan antara kedua tepi selat yang
semata-mata urusan dalam negeri Tiongkok. Pada tahun 1950, armada ke-7 Amerika
memasuki Selat Taiwan, pasukan udara ke-13 Amerika ditempatkan di Taiwan. Pada
bulan Desember tahun 1954, Amerika dan pihak penguasa Taiwan menandatangani apa
yang disebut Perjanjian Pertahanan Bersama dengan menempatkan Propinsi Taiwan
Tiongkok di bawah “perlindungan” Amerika. Kebijakan salah pemerintah Amerika
yang terus mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok telah menimbulkan situasi
konfrontasi yang tegang dalam waktu panjang di daerah Selat Tanwan. Sejak itu
masalah Taiwan menjadi sengketa besar antara Tiongkok dan Amerika.
Desember tahun 1978, pemerintah
Amerika menerima tiga prinsip tentang pembukaan hubungan diplomatik yang
diajukan pemerintah Tiongkok yakni Amerika “memutuskan hubungan diplomatik”
dengan pihak penguasa Taiwan, membatalkan Perjanjian Pertahanan Bersama dan
menarik tentaranya dari Taiwan. Tiongkok dan Amerika secara resmi membuka
hubungan diplomatik 1 Januari 1979.
Akan
tetapi yang patut disesalkan ialah tidak sampai 3 bulan setelah pembukaan
hubungan diplomatik Tiongkok-Amerika, Kongres Amerika bertindak begitu jauh
meluluskan apa yang disebut Undang Undang Hubungan Dengan Taiwan. Berdasarkan
undang-undang itu, pemerintah Amerika terus menjual senjata kepada Taiwan dan mencampuri
urusan dalam negeri Tiongkok, serta merintangi penyatuan kembali Taiwan dengan
daratan Tiongkok.
Untuk
menyelesaikan masalah penjualan senjata Amerika ke Taiwan, pemerintah Tiongkok
dan Amerika melalui perundingan telah mencapai persetujuan pada tanggal 17
Agustus tahun 1982, dan mengeluarkan komunike bersama ketiga mengenai hubungan
Tiongkok-Amerika, yang disingkat dengan Komunike 17 Agustus. Namun, dalam waktu
panjang sejak itu, pemerintah Amerika bukan saja tidak sungguh-sungguh melaksanakan
ketentuan yang digariskan komunike tersebut, tapi malah terus menerus mengambil
tindakan yang melanggar komunike itu. Pada bulan September tahun 1992,
pemerintah Amerika bahkan memutuskan untuk menjual 150 buah pesawat tempur F-16
yang canggih kepada Taiwan. Tindakan pemerintah Amerika itu telah meletakkan
rintangan dan hambatan baru kepada perkembangan hubungan Tiongkok-Amerika dan
penyelesaian masalah Taiwan.
. Pemerintah Taiwan R.O.C.
berdasarkan sejarah asal usul, perasaan nasional, faktor budaya, semangat
konstitusi dan negara secara keseluruhan dan pembangunan jangka panjang serta
susunan kebijakan pendidikan orang keturunan, dan menegakkan gagasan「keturunan Tionghoa sebagai ibu revolusi」,「tidak
ada pendidikan keturunan Tionghoa yaitu tidak ada urusan keturunan Tionghoa」, mempromosikan kebijakan pendidikan keturunan
Tionghoa.
II.Tujuan dari kebijakan pendidikan keturunan Tionghoa adalah demi negara Taiwan R.O.C. dan memupuk komunitas keturunan Tionghoa luar negeri untuk mengkombinasikan kebudayaan Taiwan R.O.C. dan orang Tionghoa profesional berbakat berlatar belakang internasional, oleh karena itu menetapkan「siswa keturunan Tionghoa kembali ke negara Taiwan R.O.C. untuk bersekolah dan cara bimbingan」, menyambut kaum muda keturunan Tionghoa kembali ke Taiwan R.O.C. untuk bersekolah, setelah lulus kembali ke negara mereka untuk menkontribusikan ilmu pengetahuan, melayani komunitas keturunan Tionghoa dan meningkatkan perkembangan perekonomian setempat.
III. Pekerjaan pendidikan keturunan Tionghoa dilaksanakan selama bertahun-tahun mencapai prestasi dan bermanfaat, identifikasi yang stabil terhadap siswa keturunan dan membantu Taiwan R.O.C. untuk memperluas ruang internasional, hal ini jelas bagi semua. Oleh karena itu, pemerintah akan terus menjaga nilai unik dan memprioritaskan kebijakan pendidikan keturunan Tionghoa, menjunjung dan menjaga pemikiran kebijakan siswa keturunan Tionghoa secara konsisten, melanjutkan pelaksanaan berbagai hal keistimewaan siswa keturunan, untuk mengekspresikan perhatian dan kepedulian, dan kemudian mendorong perkembanngan pendidikan dalam negeri secara internasional.
II.Tujuan dari kebijakan pendidikan keturunan Tionghoa adalah demi negara Taiwan R.O.C. dan memupuk komunitas keturunan Tionghoa luar negeri untuk mengkombinasikan kebudayaan Taiwan R.O.C. dan orang Tionghoa profesional berbakat berlatar belakang internasional, oleh karena itu menetapkan「siswa keturunan Tionghoa kembali ke negara Taiwan R.O.C. untuk bersekolah dan cara bimbingan」, menyambut kaum muda keturunan Tionghoa kembali ke Taiwan R.O.C. untuk bersekolah, setelah lulus kembali ke negara mereka untuk menkontribusikan ilmu pengetahuan, melayani komunitas keturunan Tionghoa dan meningkatkan perkembangan perekonomian setempat.
III. Pekerjaan pendidikan keturunan Tionghoa dilaksanakan selama bertahun-tahun mencapai prestasi dan bermanfaat, identifikasi yang stabil terhadap siswa keturunan dan membantu Taiwan R.O.C. untuk memperluas ruang internasional, hal ini jelas bagi semua. Oleh karena itu, pemerintah akan terus menjaga nilai unik dan memprioritaskan kebijakan pendidikan keturunan Tionghoa, menjunjung dan menjaga pemikiran kebijakan siswa keturunan Tionghoa secara konsisten, melanjutkan pelaksanaan berbagai hal keistimewaan siswa keturunan, untuk mengekspresikan perhatian dan kepedulian, dan kemudian mendorong perkembanngan pendidikan dalam negeri secara internasional.
Untuk masalah tentang perekonomian di Taiwan sebelumnya juga pernah saya bahas .. Pada umumnya semua Negara baik Negara Maju ataupun Negara Berkembang pasti memiliki Masalah Perekonomian yang hampir sama . Namun yang berbeda adalah cara mengatasi masalah tersebut . Berbagai negara seperti Taiwan mengatasi masalah tersebut dengan melihat perkembangan ekonomi Negara dan Produktivitas dari negara tersebut.
Taiwan adalah sebuah negara kepulauan dengan nama resmi Republik Cina yang terletak di bagian Timur Republik Rakyat Cina. Taiwan memiliki prestasi yang luar biasa dalam bidang ekonomi bahkan termasuk dalam jajaran NICs (New Industrialized Countries).Menurut Lawrence J. Lau, Professor of Economic Development Department of Economics dari Stanford University perkembangan ekonomi Taiwan tidak dapat dilepaskan dari beberapa kebijakan yang diterapkan, seperti Land Reform, Promotion of Family Planning, Reliance on Private than Public Enterprises, Export-Oriented Industrialization, Maintenance of Macroeconomic Stability, Maintainning Equity With Growth, Promoting the Transition from Tangible Capital-Based to Intangible Capital-Based Industrialization (Lau 2002, 11). Terlepas dari pesatnya perkembangan ekonomi Taiwan, Taiwan ternyata mengadapi masalah yang pelik terkait dilema perpolitikan negara mereka. Masalah utama mendera negara yang dulunya bernama Pulau Formosa ini adalah tentang pengakuan eksistensinya di dunia internasional. Terlebih, dalam perkembangannya pasca Taiwan atau Republik Cina kehilangan kursi di PBB yang kemudian digantikan oleh RRC, Taiwan menjadi negara yang sangat isolasionis. Pengakuan kedaulatan atas Taiwan pun menurun secara signifikan dan hanya 22 negara saja yang mengakui kedaulatannya pada tahun 1988 yang dalam hal ini tidak termasuk Amerika Serikat. Taiwan pun hanya mengikuti sebanyak sembilan keanggotaan NGO yang hampir kesemuanya bergerak dalam bidang ekonomi. Keanggotaan tersebut tidak termasuk dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (Chao & Hsu 2006, 45).
Terkait hal tersebut, Taiwan memang memiliki signifikansi secara geostrategis. “Taiwan is understood as a key spot in the “first island chain” serving American predominance in Asia. A 1999 report concludes that Taiwan is the crucial point in the first chain of islands, located where Northeast and Southeast Asia meet” (Yan 2006, 194). Cina mengalami kekecewaan atas tatanan dunia yang didentikkan dengan hegemoni Amerika Serikat. Sehingga Cina dengan lensa geostrateginya meyakini perlu adanya reunifikasi dengan Taiwan untuk mengukuhkan statusnya sebagai great power di Asia. Dalam beberapa dekade, Cina memang sedikit berada di belakang Amerika Serikat di bidang militer. Karenanya, Cina menggunakan “Economy Card” nya untuk melemahkan kekuatan Amerika Serikat di Asia. Selain itu, penggunaan militer demi penyatuan Taiwan dengan Cina hanya akan menjadi sebuah unfriendly behaviour dan berdampak pada timbulnya efek domino, yakni Kawasan Asia Tenggara yang menjadi tempat dominasi para warga Cina di bidang ekonomi akan mengalami kesulitan untuk menahan preferensi hegemoni regional baru. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Yan (2006, 195) bahwa “the South China Sea in Southeast Asia would become a Chinese lake”.
Bagi Cina, reunifikasi Taiwan merupakan isu yang memiliki signifikansi sejarah karena Taiwan memberikan definisi siapa dan seperti apa Cina. Cina terus berupaya untuk menarik kembali Taiwan sedang di Taiwan sendiri semangat nasionalisme semakin meningkat. Cina yang telah berhasil memodenisasi dan memperbaharui kemampuan militernya juga memberikan ancaman tersendiri bagi Taiwan, bahkan mempersulit upaya otonomi yang menjadi basis demokratisasi Taiwan karena ketakutan terjadinya serangan yang dilakukan Cina. Cina dalam hal ini kemudian memaksa Taiwan untuk menerima“one China principle” yang melakukan klaim bahwa Taiwan adalah satu pemerintahan dengan Cina. Ini merupakan kebijakan yang dapat memperkuat status Cina di Asia. “One principle” juga merupakan salah satu cara yang diterapkan oleh Cina untuk melaksanakan kebijakan isolasionisnya terhadap Taiwan. Pada tahun 1972, Amerika Serikat dan Cina di bawah komunike Shanghai terkait cross-strait relationshipmendeklarasikan bahwa Cina menolak pembentukan “one China, one Taiwan,” “one China, two governments,” “two Chinas,” an “independent Taiwan”, atau segala sesuatu yang menjadi bukti pemisahan antara Taiwan dan Cina (Yan 2006, 197).
Sebelum terjadinya demokratisasi Taiwan pada tahun 1988, “one China principle” tidak pernah begitu mendapatkan tantangan meskipun Taiwan juga memiliki versi sendiri terkait hal tersebut. Namun kemudian menjabatnya Presiden Taiwan Lee Teng Hui, prinsip “one China” mendapat tantangan besar. Bagi Lee Teng Hui, Taiwan dan Cina dapat dimaknai sebagai dua entitas politik, Taipei dan Beijing yang kemudian dapat melakukan peningkatan kerjasama dalam bidang ekonomi. Hal ini pun semakin menguat pada masa pemerintahan Presiden Chen Shui-Bien yang dikenal sangat keras menolak adanya unifikisasi dengan Cina dan bahkan cenderung untuk memerdekakan Taiwan. Hai ini terlihat dari upaya referendum yang dilakukan oleh presiden Chen terhadap rakyatnya dan melakukan perubahan konstitusi yang semakin menunjukkan bahwa Taiwan sedang dalam usaha untuk melakukan formal independence. Presiden Chen memaknai unifikasi sebagai satu Cina, dan Satu Taiwan sehingga Taiwan berhak mendapatkan pengakuan baik secara de facto maupun de jure. Karenanya, perseteruan terkait cross-strait relationship ini semakin membuka peluang terjadinya konflik militer karena masing-masing negara tetap bersikukuh pada posisinya. Cina mengendaki adanya unifikasi untuk penguatan statusnya di Asia, sedangkan Taiwan menginginkan otonomi dan sebuah kerjasama damai di bidang ekonomi dengan Cina.
Dari segi ekonomi, Taiwan sendiri juga memiliki peran penting dalam division of labor di pasar dunia. Taiwan memegang peranan penting sebagai motor penggerak perkembangan ekonomi di wilayah Asia Pasifik. Bisnis-bisnis Taiwan tidak hanya mendukung sistem perdagangan global, namun juga pasar domestik Cina. Mereka menjadi partner yang sangat bernilai bagi perusahaan asing yang menginginkan investasi ke Cina. Begitu juga dalam hal politik, pengalaman Taiwan dalam modernisasi politik menjadi suatu hal yang unik dan sangat sesuai dengan para elit Cina. Taiwan dalam hal ini memiliki great strategic dan humanitarian value di wilayah (Yan 2006, 195). Begitu pula dengan Cina yang telah melakukan reformasi politik dan ekonomi sejak dekade 1950-an, dalam perkembangannya perekonomian Cina tumbuh dan berkembang secara luar biasa. Cina menjadi sebuah negara dengan potensial investasi yang tinggi. Kepemilikan tenaga kerja yang murah dan teknologi yang modern, Cina dapat menghasilkan produk- produk eksport yang murah dan memiliki kualitas tinggi sehingga membuat Cina menjadi pusat industri manufaktur dan a key regional base bagi distribusi pasar global. Cina juga hampir memonopoli direct overseas investments di negara-negara berkembang. Untuk Perusahaan Honda Motor, Jepang bekerja sama dengan Cina yang menjadi pemasok utama Honda parts (sebesar 90%). Kemajuan- kemajuan tersebut didukung pula dengan jumlah populasi yang besar (lebih dari 1,3 juta penduduk) sehingga dapat menjadi konsumen potensial yang tentunya memberikan keuntungan bagi sektor ekonomi Cina (Yan 2006, 193).
Seiring perkembangan ekonomi masing-masing negara, ternyata Cina dan Taiwan memiliki cross-straints economic relationship yang semakin intensif sejak awal 1990-an. Hal ini tentunya berjalan secara berlawanan dengan hubungan politik yang sering memanas antarkeduanya. Perdagangan Taiwan dan Cina bermula pada pertengahan 1980-an dan volume perdagangan semakin meningkat sejak itu pula. Ekspor Taiwan ke Cina meningkat dari 3,21 % pada tahun 1985 menjadi 24,68% dari total ekspor Taiwan pada tahun 2002. Sedang ekspor Cina meningkat pula dari 2,34% menjadi 10,92% pada periode yang sama (Cheng 2005, 95). Namun peningkatan hubungan ekonomi antar keduanya cenderung mengarah pada pola yang asimetris dan memberikan dampak yang negatif terhadap Taiwan. Dalam hal ini, Taiwan tidaklah menjadi negara yang krusial bagi Cina, sebaliknya Cina menjadi sangat Krusial bagi Taiwan. Ketergantungan ekonomi Taiwan terhadap Cina, kemudian digunakan sebagai alat pemaksaan untuk mencapai kepentingan politik dan militer Cina terkait adanya unifikasi.
Kekhawatiran ini setidaknya dapat dilihat dari dua pertimbangan. Pertama, dalam perdagangan ekspor impor Taiwan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap Cina. Pada tahun 2002, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, ekspor Taiwan ke Cina sebesar 22% jauh lebih tingi dari ekspor Cina ke Taiwan yang hanya berada pada kisaran 11%. Selain itu, Cina juga menjadi pengekspor utama Taiwan menggantikan Amerika Serikat pada awal tahun 2002. Kedua, terkait Foreign Direct Investments yang memiliki sifat jauh lebih riskan daripada ketergantungan perdagangan (ekspor-impor). Dalam perdagangan, kedua negara saling bertukar barang produksi, namun dalam FDI, perusahaan akan terjebak di host-country(negara yang mendapat penanaman investasi). Secara umum, perusahaan asing memiliki kekuatan bargaining sebelum memilih lokasi investasi. Namun ketika pilihan telah dibuat, maka kekuatan akan bergeser pada host-government sebagaimana relokasi membutuhkan biaya yang mahal. Dalam hal ini, perusahaan asing akan sangat tergantung pada dukungan logistik host-government. Karenanya, status Taiwan sebagai investor utama Cina semakin memberikan kesempatan Cina untuk mempermasalahkan terkait sengketa Taiwan (Cheng 2005, 116). Ketergantungan Taiwan terhadap Cina inilah yang kemudian dimanfaatkan Cina untuk mencapai kepentingan politiknya terkait unifikasi.
Kekhawatiran ini setidaknya dapat dilihat dari dua pertimbangan. Pertama, dalam perdagangan ekspor impor Taiwan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap Cina. Pada tahun 2002, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, ekspor Taiwan ke Cina sebesar 22% jauh lebih tingi dari ekspor Cina ke Taiwan yang hanya berada pada kisaran 11%. Selain itu, Cina juga menjadi pengekspor utama Taiwan menggantikan Amerika Serikat pada awal tahun 2002. Kedua, terkait Foreign Direct Investments yang memiliki sifat jauh lebih riskan daripada ketergantungan perdagangan (ekspor-impor). Dalam perdagangan, kedua negara saling bertukar barang produksi, namun dalam FDI, perusahaan akan terjebak di host-country(negara yang mendapat penanaman investasi). Secara umum, perusahaan asing memiliki kekuatan bargaining sebelum memilih lokasi investasi. Namun ketika pilihan telah dibuat, maka kekuatan akan bergeser pada host-government sebagaimana relokasi membutuhkan biaya yang mahal. Dalam hal ini, perusahaan asing akan sangat tergantung pada dukungan logistik host-government. Karenanya, status Taiwan sebagai investor utama Cina semakin memberikan kesempatan Cina untuk mempermasalahkan terkait sengketa Taiwan (Cheng 2005, 116). Ketergantungan Taiwan terhadap Cina inilah yang kemudian dimanfaatkan Cina untuk mencapai kepentingan politiknya terkait unifikasi.
Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa Taiwan yang terbentuk karena persaingan antara pemerintahan Mao Zedong dan Chiang Kai Sek, kini dalam perkembangannya sedang mengalami dilema perpolitikan terkait pengakuan eksistensi di mata internasional yang menurun secara signifikan. Tidak hanya itu, cross-strait relationship juga menimbulkan masalah dengan Cina. Taiwan di bawah pemerintahan presiden Chen menginginkan adanya otonomi dengan kata lain Taiwan memiliki pemerintahan sendiri atau dua entitas politik yang berbeda (Taipei dan Beijing) namun tetap dapat bekerja sama dalam bidang ekonomi maupun budaya. Sedangkan Cina menginginkan adanya reunifikasi Taiwan dan Cina dengan menerapkan prinsip “one-China”. Pemaksaan terkait reunifikasi ini bahkan dijalankan Cina melalui penciptaan ketergantungan ekonomi Taiwan terhadap Cina untuk mencapai kepentingan politik Cina
Pada
tanggal 3 September 2014, KDEI Taipei telah memfasilitasi Unit Direktorat
Perencanaan Infrastruktur BKPM untuk melakukan policy dialogue (dialog
kebijakan). Maksud dan tujuan policy dialogue adalah untuk melakukan
pembahasan dan diskusi dengan melibatkan Kementerian/Lembaga Pemerintah Taiwan
dan/atau Perusahaan yang memiliki pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek
infrastruktur dengan skema KPS untuk mendapatkan informasi terkait
regulasi/perundang-undangan yang berlaku di Taiwan dalam pelaksanaan proyek
KPS.
1.
Department of the Promotion of Private Participation (DPPP), Ministry of
Finance.
DPPP merupakan sebuah institusi yang bertanggung jawab dalam mempromosikan proyek-proyek infrastruktur dengan skema PPP di Taiwan. Delegasi diterima oleh Ms. Chia-Chen Lee, Deputy Director General DPPP dan beliau menjelaskan tentang peraturan-peraturan dan tata cara mengikuti tender serta insentif yang diberikan kepada investor. Dijelaskan pula bajwa sejak tahun 2000 s/d 2013 telah terealisasi sebanyak 1.100 buah proyek infrastruktur dalam skema PPP di Taiwan. Selain itu juga beliau mengundang pihak KDEI untuk turut menghadiri seminar dalam rangka memasarkan proyek-proyek infrastruktur dalam rangka PPP yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 25 September 2014.
2. China Trust Bank Corporation (CTBC).
Delegasi diterima oleh Mr. Peter Liu, Executive Vice President, yang menjelaskan beberapa model PPP antara lain : BOT, BTO, ROT, OT dan BOO, selain itu juga dijelaskan beberapa proyek investasi yang pembiayaannya melalui CTBC, serta proses skema hubungan antara investor dan perbankan .
Nah untuk hubungan investasi antara Taiwan dan Indonesia seperti yang dibahas pada salah satu media yaitu : Sejumlah investor Taiwan berkunjung ke Ternate, Maluku Utara, untuk menjajaki peluang investasi di daerah ini, khususnya di sektor perikanan yang potensinya sangat besar, baik perikanan tangkap maupun budidaya.
Ia menambahkan walaupun Pemprov Malut sangat mengharapkan kehadiran para investor untuk menggarap potensi perikanan di daerah ini, tetapi pemprov tetap selektif kepada investor guna mencegah kemungkinan adanya investor yang kehadirannya di Malut tidak memberikan kontribusi kepada daerah dan masyarakat.
DPPP merupakan sebuah institusi yang bertanggung jawab dalam mempromosikan proyek-proyek infrastruktur dengan skema PPP di Taiwan. Delegasi diterima oleh Ms. Chia-Chen Lee, Deputy Director General DPPP dan beliau menjelaskan tentang peraturan-peraturan dan tata cara mengikuti tender serta insentif yang diberikan kepada investor. Dijelaskan pula bajwa sejak tahun 2000 s/d 2013 telah terealisasi sebanyak 1.100 buah proyek infrastruktur dalam skema PPP di Taiwan. Selain itu juga beliau mengundang pihak KDEI untuk turut menghadiri seminar dalam rangka memasarkan proyek-proyek infrastruktur dalam rangka PPP yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 25 September 2014.
2. China Trust Bank Corporation (CTBC).
Delegasi diterima oleh Mr. Peter Liu, Executive Vice President, yang menjelaskan beberapa model PPP antara lain : BOT, BTO, ROT, OT dan BOO, selain itu juga dijelaskan beberapa proyek investasi yang pembiayaannya melalui CTBC, serta proses skema hubungan antara investor dan perbankan .
Nah untuk hubungan investasi antara Taiwan dan Indonesia seperti yang dibahas pada salah satu media yaitu : Sejumlah investor Taiwan berkunjung ke Ternate, Maluku Utara, untuk menjajaki peluang investasi di daerah ini, khususnya di sektor perikanan yang potensinya sangat besar, baik perikanan tangkap maupun budidaya.
Ia menambahkan walaupun Pemprov Malut sangat mengharapkan kehadiran para investor untuk menggarap potensi perikanan di daerah ini, tetapi pemprov tetap selektif kepada investor guna mencegah kemungkinan adanya investor yang kehadirannya di Malut tidak memberikan kontribusi kepada daerah dan masyarakat.
Sekian tulisan dari saya mohon maaf apabila ada kata yang kurang berkenan. Terimakasih kepada kalian semua sukses selalu . Salam merdeka .
6. http://www.ibiblio.org
7.http://www.taiwandc.org/
8.http://ana-maratuthoharoh-fisip12.web.unair.ac.id
9.http://www.ciputraentrepreneurship.com/
7.http://www.taiwandc.org/
8.http://ana-maratuthoharoh-fisip12.web.unair.ac.id
9.http://www.ciputraentrepreneurship.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi blog saya . Jangan sungkan untuk berkomentar agar saya dapat memperbaiki tulisan saya ..thanks .. Success Friends ..